Sidang Pastoral Keuskupan Labuan Bajo Mengusung Tema “Pastoral Tata Kelola Partisipatif : Persekutuan-Partisipasi-Perutusan”

  • Bagikan

Lensaberita.online – Keuskupan Labuan Bajo baru saja memulai perjalanannya sebagai sebuah Gereja lokal sejak diumumkan oleh Takhta Suci pada tanggal 21 Juni 2024 dan pentahbisan uskup perdananya, Mgr. Maksimus Regus, pada tanggal 01 November 2024. Sebagai sebuah keuskupan baru, ada banyak hal yang perlu dipersiapkan, dirancang, dan dibangun sebagai fundasi di awal perjalanan spiritual-pastoral ini baik dari aspek personalia maupun kelembagaan. Selain itu pengamanan terhadap asset keuskupan baik yang bergerak maupun tidak bergerak.

Maka pada hari ini Senin(13/01/2025) dimulainya Pembukaan sidang pastoral keuskupan Labuan Bajo bertempat di Aula Paroki Bunda Segala Bangsa Wae Sambi Labuan Bajo.

Sidang pastoral ini dihadiri oleh Yang Mulia Bapak Uskup Labuan Bajo, Rm Vikjen, Rm Sekjen, Rm Ekonom, Para Vikep, Direktur Puspas Labuan Bajo, Pater Provinsial SVD Ruteng, Suster Provinsial Ssps Flores Barat, para-Pastor Paroki/Vikaris Paroki, utusan paroki (DPP-DKP), para ketua komisi puspas/FKKR, para pimpinan lembaga/konggregasi/biara/komunitas, tim WVI-PEARL Team mitra kita, para nara sumber/pemateri, (kepala kantor kementerian agama Mabar atau yang mewakili), tim medis dari dinas kesehatan Mabar, para undangan dan panitia.

Ketua pelaksana panitia sidang pastoral Keuskupan Labuan Bajo romo Gotfridus S. Angkur menyampaikan Ucapan selamat datang di Sidang Pastoral Perdana Keuskupan Labuan Bajo dan terima kasih atas kehadiran kita semua. Sesuai motto episkopal Bapak Uskup Mgr Maksimus Regus “Ut Mundus Salvetur Per Ipsum: Supaya dunia diselamatkan olehNya” (Yoh. 3:17).

Romo Lian menegaskan bahwa Motto ini menjadi roh yang menjiwai dan inspirasi yang menggerakkan sekaligus undangan bagi kita semua untuk ambil bagian lewat peran dan cara kita masing-masing menuju keselamatan dunia, menghadirkan, menegakkan Kerajaan Allah di Keuskupan Labuan Bajo

Kita semua tanpa kecuali dipanggil dan diutus bahkan bertanggung jawab demi terwujudnya apa yang diharapkan Tuhan dengan terbentuknya keuskupan ini. Sejalan dengan itu, jalan bersama, sinodalitas menjadi irama, boleh saya katakan gestur pastoral. Dan juga pilar penting, penyanggah demi berdiri kokohnya bangunan rumah keuskupan kita ini.

Kasih persaudaraan menjadi suasana awal agar tetap dijaga untuk sebuah perjalanan bersama. Corak sinodal ini terlihat lewat kehadiran dan kerjasama. Ada kerja kolaboratif, ada partisipasi aktif, baik sebelum maupun sesudah masa persiapan, mulai dari panitia dan juga partisipasi para pastor paroki. Terima kasih kepada paroki-paroki yang sudah menyusun, mengirim, membahas evolusi di tingkat parokinya.

Corak sinodal yang muncul bersama umat, bersama DPP di paroki, tentunya juga selama hari-hari sidang ini, corak ini akan muncul, dan tentu juga lebih-lebih lagi setelah persidangan ini di medan laga pastoral, di zona perutusan kita nantinya.

Menanggapi ajakan dan undangan bapa uskup yang termuat dalam motto episkopal tadi, kita secara keuskupan menggelar sidang pastoral perdana dengan tema umum pastoral tata kelola partisipatif, persekutuan partisipasi perutusan. Sebagai sebuah keuskupan baru, kata kelola partisipatif dalam berbagai dimensi, dalam berbagai aspek, sangatlah penting dan mendasar.
Dengan demikian, sidang ini tentu menjadi titik awal yang strategis dan fundamental, sekaligus simbol yang kuat untuk sebuah perjalanan bersama kita ke depan sebagai sebuah keuskupan baru yang dimulai dengan tata kelola yang baik dan benar.

Di dalam sidang ini, kita akan melihat, mengevaluasi, refleksi, menimpa inspirasi, belajar bersama, dan merencanakan secara bersama program-program kita di tahun pertama perjalanan keuskupan ini yang juga dipatuhkan dengan agenda Tahun Yubelium 2025 dengan sebuah harapan.

Karena itu, mewakili panitia sidang, kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang sudah meyukseskan kegiatan siding pastoral ini

Dalam pebukaan sidang pastoral ini disi dengan kegitan ret-ret dan rekoleksi yang di bawakan oleh romo Fransiskus Sawan.

Menurut romo Frans bahwa terselenggaranya pertemuan pastoral ini menjadi momen bersejarah sebagai pertemuan pastoral pertama Keuskupan Labuan Bajo, sekaligus bertepatan dengan Tahun Yubileum 2025. Dalam sesi rekoleksi ini, saya mengajak kita merenungkan tema: “Menjadi Gereja yang Hidup dalam Persekutuan, Partisipasi, dan Perutusan.” Kita diajak untuk memperdalam makna panggilan Gereja sebagai tubuh Kristus-bersatu dalam kasih, terlibat aktif dalam pelayanan, dan membawa kabar sukacita ke seluruh dunia.

Terinspirasi oleh 1 Korintus 12:12-31, mari kita wujudkan semangat Yubileum ini sebagai peziarah harapan, yang mempersembahkan hidup kita untuk menghadirkan kasih dan kerahiman Allah di tengah umat

Romo Frans menyampaikan bahwa untuk membangun Gereja yang hidup dalam perutusan merupakan visi yang tidak mudah diwujudkan. Ada banyak tantangan di tengah dinamika dunia modern yang terus berubah.

Tantangan-tantangan ini menuntut perhatian serius, refleksi mendalam, dan tindakan nyata agar Gereja dapat menjalankan misinya sebagai saksi kasih Allah di tengah dunia. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya pemahaman umat tentang misi Gereja. Banyak umat masih menganggap bahwa tugas perutusan hanya menjadi tanggung jawab segelintir orang, seperti imam, religius, atau aktivis Gereja.

Pandangan ini mempersempit makna misi Gereja dan mengurangi partisipasi umat dalam karya perutusan. Padahal, misi Gereja melibatkan seluruh anggota komunitas, yang masing-masing memiliki karunia untuk mendukung tubuh Kristus dalam mewartakan Injil dan melayani dunia.

Tantangan berikutnya adalah ketidakpekaan terhadap isu-isu sosial yang mendesak, seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan krisis lingkungan. Padahal, kehadiran Gereja di tengah masyarakat seharusnya menjadi tanda nyata kasih Allah bagi mereka yang membutuhkan. Kurangnya respons terhadap isu sosial dapat membuat Gereja kehilangan relevansi di mata masyarakat, sehingga perlu ada langkah konkret untuk membangun solidaritas dan menjadi saksi hidup Kristus.

Tantangan lainnya adalah dunia yang semakin terpengaruh oleh sekularisasi, materialisme, dan individualisme turut menantang misi Gereja. Dalam konteks ini, pewartaan Injil sering kali dianggap tidak relevan. Selain itu, sikap apatis dan ketakutan akan perubahan di kalangan umat dan pemimpin Gereja menghambat tugas perutusan. Dibutuhkan keberanian untuk keluar dari zona nyaman dan visi kolektif yang kuat sangat diperlukan agar Gereja dapat menjadi “rumah terbuka” yang menyambut semua orang, terutama mereka yang miskin dan tersingkir

Sebagai tubuh Kristus, Gereja dipanggil untuk hidup dalam persekutuan, partisipasi, dan perutusan. Persekutuan mengingatkan kita untuk selalu bersatu dalam kasih meskipun berbeda karunia dan peran, sementara partisipasi mendorong semua anggota umat untuk terlibat aktif sesuai panggilan masing-masing. Upaya mewujudkan hal ini tidaklah mudah, namun menjadi panggilan kita bersama sebagai umat Allah.

Dalam semangat Tahun Yubileum 2025 sebagai peziarah harapan, kita diajak untuk memperdalam iman melalui rekonsiliasi, pertobatan, dan karya belas kasih, terutama bagi mereka yang termarginalkan. Semoga melalui pergumulan pastoral ini, Gereja sungguh hadir sebagai tanda kasih Allah yang menyelamatkan, sehingga “Dunia Diselamatkan oleh-Nya” menjadi pengalaman iman yang nyata bagi kita semua

Oleh karena itu Spirit dasar yang menjiwai dan mengarahkan seluruh perjalanan keuskupan ini adalah moto kegembalaan Bapak Uskup, yakni Ut Mundus Salvetur per Ipsum (Supaya dunia diselamatkan oleh-Nya). Selain menjadi energi spiritual, moto ini juga menyingkapkan harapan luhur akan terwujudnya karya keselamatan Allah melalui Yesus Kristus bagi seluruh umat beriman di Keuskupan Labuan Bajo.Dalam konteks rancang bangun karya pastoral di keuskupan baru ini, salah satu aspek yang diberi perhatian khusus adalah tata kelola.

Untuk itu tema yang diusung untuk sidang pastoral perdana yang berlangsung tanggal 13-16 Januari 2025 ini ialah “Pastoral Tata Kelola Partisipatif: Persekutuan-Partisipasi-Perutusan”.

Hal ini bertolak dari kesadaran bahwa tata kelola merupakan salah satu aspek penting dan fundamental yang menentukan keberhasilan karya pastoral Gereja. Model tata kelola yang ingin dibangun adalah tata kelola partisipatif yang mendorong keterlibatan semua umat. Hal ini sejalan dengan moto Bapak Uskup, yang memuat gagasan mengenai pastoral sinodal sekaligus ajakan agar seluruh umat mengambil bagian dalam menumbuhkan dan mengembangkan gereja lokal Keuskupan Labuan Bajo yang baru lahir ini. Gereja yang hendak dibangun adalah gereja yang berjalan bersama, di mana seluruh umat berpartisipasi aktif dalam membangun Tubuh Mistik Kristus.

Untuk itu ada beberapa materi penting yang akan didiskusikan dan direfleksikan bersama oleh seluruh peserta, seperti materi rekoleksi, inspirasi teologis-pastoral moto Bapak Uskup Ut mundus salvetur per ipsum.

Selain itu ada perspektif hukum gereja tentang karya pastoral Gereja particular atau keuskupan, manajemen berbasis nilai-nilai kristiani, dan konsep Gereja ramah anak.

Diharapkan gagasan-gagasan yang disampaikan kiranya dapat memberikan inspirasi yang kaya dan perspektif yang baru bagi karya pastoral kita di tahun 2025 ini sekaligus memberi arah bagi perjalanan Keuskupan Labuan Bajo ke depan. Secara khusus.

Semoga sidang pastoral ini kiranya dapat membantu seluruh peserta sidang dalam menggagas, merencanakan, dan melaksanakan program- program Pastoral Tata Kelola Partisipatif secara baik, efektif, dan efisien

(Vinsensius Patno)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *