Lensaberita.online – Sabtu (11/01/25), pkl.08.00 ratusan orang berjubah berkumpul di seputaran Kapela Stasi Stella Maris, Labuan Bajo. Mereka mengenakan jubah beraneka warna, putih, coklat, biru tua, hitam, dan lain-lain. Ini menampilkan kekayaan, tetapi kekuatan dalam pelayanan pastoral.
Dengan penuh antusias mereka menantikan kehadiran Mgr. Maksimus Regus yang akan memimpin misa natal dan tahun baru bersama kongregasi religius yang berkarya di Keuskupan Labuan Bajo. Tema yang diusung dalam perayaan bersama ini adalah “Sabda telah menjadi manusia, supaya dunia diselamatkan oleh-Nya”.
Pater Yan Djuang Somi, SVD merupakan biarawan yang paling senior dari biarawan dan biarawati yang hadir. Ia mengaku sangat senang bisa mengikuti perayaan sukacita bersama yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Kongregasi Religius (FKKR).
“Ini baru pertama kali dibuat di Labuan Bajo. Pesannya amat penting karena sekarang kita sudah keuskupan sendiri, dan kegiatan ini tidak hanya mengungkapkan kesatuan dalam pelayanan, tetapi juga dukungan bagi Keuskupan Labuan Bajo yang baru saja terbentuk. Kami berkomitmen untuk berjalan bersama dengan keuskupan dalam aneka karya pastoral yang dipercayakan”.
Dalam homilinya, Mgr. Maksi menggaris bawahi tiga hal penting. Pertama, kehadiran. Peristiwa Natal adalah ungkapan kehadiran Allah yang paling nyata dalam hidup manusia. Ia rela menjadi sama seperti kita dan tinggal di tengah-tengah kita. Kehadiran-Nya membawa sukacita dan keselamatan. Kita juga dituntut untuk selalu “hadir” melalui pelayanan kita, tetapi untuk membawa sukacita dan kebaikan bagi sesama, bukan sebaliknya.
Kedua, kesetiaan. Yesus selalu menunjukkan kesetiaan kepada Bapa-Nya dalam seluruh karya yang dijalankan-Nya. Ia tahu dan sadar bahwa Ia hanya menjalankan kehendak-Nya. Kesetiaan Yesus yang paling konkret adalah ketika Dia mau melaksanakan hal-hal kecil. Menjadi manusia itu adalah menjadi kecil, sebab Ia harus meninggalkan ke-Allah-an. Kita pun diajak untuk selalu setia dalam perutusan kita, terutama dalam menjalankan hal-hal yang kecil dan biasa. Ia mengutip kata-kata dalam Injil, barangsiapa setia pada perkara-perkara kecil, ia akan diberikan tanggung jawab untuk mengurus perkara-perkara besar.
Ketiga, kesaksian. Yohanes telah menunjukkan model kesaksian yang sejati. Ia tidak menonjolkan diri atau memanfaatkan popularitas dirinya pada saat itu untuk mendapat penghargaan dan penghormatan. Sebaliknya, ia merendahkan diri di hadapan Yesus dengan berkata, biarlah Dia semakin besar dan aku semakin kecil. Ia bersaksi tentang kebesaran Yesus dan membawa orang lain kepada-Nya. Pelayanan kita hendaknya membuat Kristus semakin besar, bukan sebaliknya Ia semakin terhimpit dan kita yang diagungkan.
Pater Peter Tukan, SDB selaku ketua FKKR mengucapkan terima kasih atas kehadiran dan kesediaan Mgr. Maksi dalam perayaan natal dan tahun baru bersama para kongregasi religius yang berkarya di Keuskupan Labuan Bajo.
“Kehadiran Mgr. Maksi mengungkapkan dukungan gereja lokal terhadap kongregasi yang berkarya di keuskupan ini, tetapi juga pesan kebersamaan, sebagaimana yang sering diungkapkannya dalam konsep gereja sinodal. Kami selalu siap bekerja sama dan membantu keuskupan ini dalam karya-karya pastoral yang dijalankan sesuai dengan kekhasan dan spiritualitas kami masing-masing. Tentu ini akan memperkaya kehidupan iman dan karya gereja”.
Dalam sambutannya di akhir perayaan ekaristi, Mgr. Maksi mengucapkan terima kasih kepada semua kongregasi yang berkarya di Keuskupan Labuan Bajo.
“Saya mengajak kita untuk selalu menjaga kebersamaan dan persaudaraan dalam pelayanan. Kita perlu mendukung satu sama lain. Saya berharap ada kegiatan bersama FKKR di kota Labuan Bajo ini yang melibatkan umat, orang muda, atau anak-anak”.
Ia juga menyinggung tentang perlunya pembaruan kembali data-data biara, seperti permohonan berkarya dan bidang pelayanan khusus yang dijalankan. Pembaruan ini amat dibutuhkan dalam penataan administrasi pastoral di awal perjalanan keuskupan ini. Akhirnya, Mgr. Maksi mengajak biarawan dan biarawati untuk datang ke Rumah Keuskupan Labuan Bajo. “Itu rumah kita bersama, silahkan datang kapan saja untuk berbagi cerita tentang karya pastoral kita atau urusan apa saja”.
(Vinsensius Patno)