Lensaberita.online – Uskup Labuan Bajo Mgr. Maksimus Regus memimpin perayaan ekaristi dan berdialog dengan umat di Stasi Gerak, Minggu (22/12/2024).
Uskup Labuan Bajo Mgr Maksimus Regus didampingi oleh romo Richardus Manggu (Vikjen), Romo Frans Nala(Sekjen) dan Romo Martinus Wiliam (Ekonom) dan romo Martinus Tolen. Rombongan uskup diterima secara adat di rumah pastoran Stasi Gerak.
Dalam khotbahnya Mgr Maksimus Regus menyampaikan bahwa pada hari ini kita harus bersukacita karena Maria mengunjungi Elisabeth Saudaranya. Kita tahu bahwa Stasi Gerak ini sangat kecil namun tidak perlu ragu. Seperti Betlehem itu kecil diantara suku suku bangsa namun keselamatan datang dari Betlehem
Biar Stasi Gerak ini kecil tapi dari sini suatu saat akan mengalir keselamatan. Hal ini mengingatkan kita bahwa tidak ada seorang pun yang hidup sendiri. Kita semua hidup dan berkembang dalam hubungan dengan orang lain.
Maria menjadi perantara kelahiran Yesus, Putra Allah. Elisabeth menjadi perantara kelahiran Yohanes Pembaptis yang mempersiapkan jalan bagi karya Yesus. Keduanya menjadi sarana saluran Rahmat Allah terutama menjadi perantara keselamatan manusia
Keteladanan Maria dan Elisabeth dalam menanggapi rencana Allah yang dapat kita contoh adalah kesediaan mereka untuk menerima dan mengikuti kehendak Allah dengan penuh iman dan kerendahan hati Maria adalah ibu Yesus Kristus dan Elisabeth adalah ibu Yohanes Pembaptis.
Kami hari ini merasa senang berjumpa dengan umat di stasi.Hari ini adalah hari suka cita. Kita bertemu dengan Tuhan. Karena kita juga harus saling berjumpa satu sam lain. Karena ada yang memiliki perasaan benci satu sama lain harus sekarang langsung berdamai sebelum natal tiba.
Kunjungan Maria ke Elisabeth untuk berbagi suka cita. Berbagi kegembiraan, ia senang karena ia berjumpa. Tidak ada yang lebih besar selain perjumpaan dengan keluarga. Ada yang sudah punya keluarga tapi masih ada permusuhan satu sama lain.
Bunda maria itu adalah ibu yang merangkul dan mencari dan menemukan keluarga yang saling bermusuhan. Kita harus menyambut natal dan harus mengalami suka cita. Membawa suka cita dan keselamatan dalam hidup ini tidak tergantung besar kecilnya hidup kita. Tidak bergantung pada besar kecilnya jabatan, tapi tergantung pada niat baik dalam hati kita.
Jadi berkat yang sangat besar untuk stasi Gerak karena ada imam yang datang membantu dan kita harus bergerak. Kedatangan mereka memberikan terang bagi umat stasi Gerak.karena besar cinta Tuhan dan rasa Syukur kita.
Biar Stasi Gerak ini kecil dan bisa jadi keselamatan akan datang dari tempat ini untuk labuan Bajo dan dunia ini kata Mgr Maksi.
Setelah perayaan ekaristi dilanjutkan dengan dialog antara Uskup Labuan Bajo dengan seluruh umat stasi Gerak.
Nobertus Rudin ketua Dewan Stasi Gerak menyampaikan bahwa distasi Gerak ini sudah dapat kepercayaan dari paroki untuk pelayanan di stasi secara mandiri sejak tahun 20221. Tidak lagi bergantung kepada paroki. Hal ini sudah di mulai oleh Romo Richardus Manggu yang saat itu masih menjabat sebagai Vikep Labuan Bajo kata Nober.
Nobertus menambahkan Mgr. Siprianus Hormat keuskupan Ruteng telah melakukan survey kelayakan ke stasi Gerak pada saat itu. Ordo SDB mengutus beberapa pastor untuk melayani Stasi Gerak.
“Sekaran ada tiga pastor serikat SDB yang berkarya di Stasi Gerak. Semua pelayanan dilakukan secara mandiri layaknya seperti paroki walaupun belum menjadi paroki” kata Nober.
Selama serikat SDB ada distasi Gerak ada dua hal penting yang dilakukan yakni Pembangunan iman dan pembangunan fisik.
Untuk Pembangunan iman seperti pelayanan sakramen, pernikahan massal, setiap hari minggu untuk stasi terdekat dilakukan pelayanan sakramen, pelayanan orang sakit, Selain itu kerja sama pengurus dan pastor sangat baik, pastor langsung mendatangi umat, setiap hari minggu diberi pelayanan sakramen bukan berdasarkan jumlah umat tetapi berdasarkan jarak.
Sedangkan Pembangunan fisik seperti Pembangunan pastoran. Untuk Pembangunan pastoran ini sama sekali tidak membebani umat. Umat hanya menyiapkan tenaga saja. Selain itu rehab kapela Stasi Gerak, Pembangunan gua Maria dan sumbangan untuk bencana.
Untuk diketahui Jumlah umat distasi Gerak saat ini adalah 551 umat, 318 kepala keluarga, dan stasinya ada dua yaitu stasi Gerak dan stasi kokor, Untuk kebijakan lain kami masih tunduk pada kebijakan-kebijakan keuskupan ungkap Nober.
Dalam sesi dialog umat Stasi Gerak dengan Yang Mulia Uskup Labuan Bajo Mgr Maksimus Regus ini bahwa pada umumnya umat bertanya soal status Stasi gerak dan Pendidikan di Stasi Gerak.
Mereka mendesak yang mulia Mgr. Maksimus Regus agar status Stasi Gerak dari pra paroki menjadi paroki. Dan bidang Pendidikan agar Gereja bekerja sama dengan pemerintah untuk menempatkan tenaga PNS dan PPPK di sekolah katolik.
Menanggapi hal itu Romo Frans Nala sekjen keuskupan Labuan Bajo menjelaskan bahwa karya pendidikan adalah satu karya awal dari Gereja. Sebelum ada Gereja sudah ada sekolah katolik yang ada di Reok kabupaten Manggarai. Begitupun awal mula karya misi Gereja di Labuan Bajo dimulai dengan pendidikan. Sekolah pertama yang dibuka adalah sekolah rakyat Laboan Bajo.
Romo Frans menambahkan bahwa Karya pendidikan adalah misi penting Gereja. Oleh karena itu pastoral pendidikan adalah bagian dari tanggung jawab keuskupan melalui paroki atau stasi di mana lembaga pendidikan itu berdiri. Karena itu pastor paroki bertanggung jawab terhadap keberadaan sekolah sekolah katolik di parokinya.
Berkaitan dengan tenaga pendidik maka sangat penting kerja sama dengan pemerintah tapi juga kita juga berusaha agar pemerintah memperhatikan sekolah swasta dengan menempatkan tenaga pendidiknya di sekolah swasta.
Romo Martinus Wiliam ekonom ekonom keuskupan Labuan Bajo menanggapi usulan umat Stasi Gerak agar berubah statusnya menjadi paroki menjelaskan bahwa kami sangat senang jika Status Stasi Gerak jadi paroki karena ada berbagai hal positif yang terjadi disana namun yang perlu kita perhatikan beberapa hal yang menjadi renungan kita bersama yaitu apakah kita punya aset dan karya pastoral di Stasi ini dan apakah hal itu berjalan dengan baik? Selain itu apakah tanah tersebut aman secara hukum baik hukum adat maupun hukum pertanahan?
Apakah kita bisa menghidupi pastor yang ada di stasi Gerak ini untuk biaya hidup mereka mulai dari harian, mingguan, bulanan? Hal bisa Saya akan lihat nanti pada laporan keuangan. Apakah Stasi Gerak ini bisa membiayai karya pastoral untuk para imam di stasi ini?
Hal ini semua menjadi renungan kita agar betul Stasi Gerak jika dinaikkan statusnya menjadi paroki semua umat sudah siap kata romo Wiliam
Romo Richardus Manggu Vikjen labuan Bajo menyampaikan bahwa pembentukan status Stasi Gerak menjadi paroki sedang dalam proses. Dalam proses ada aneka pertanyaan berkaitan dengan reksa pastoral disini. Tentu sebaik apapun program yang dilaksanakan bersama baik ekonomi, spiritual, pelayanan umat dan doa serta pastoran dalam bidang pendidikan tidak berjalan kalau kita tidak bersama-sama.
Tujuan paroki terbentuk kata romo Rikar agar kita semua bisa berjalan bersama-sama. Kesejahteraan atau keselamatan dalam kontek spiritual terjadi karena hasil dari kerja bersama-sama dan ada bersama-sama. Tidak boleh ada yang tertinggal di belakang. Harus bisa berjalan bersama-sama dan harus bisa menjadi kesejahteraan bersama.
Ini merupakan tujuan utama dari pembangunan paroki. Karena sangat penting kolaborasi dalam meningkatkan ekonomi umat melalui kerjasama antara pastor paroki dengan umatnya. hal ini tampak dalam pemberdayaan umat dengan berbasiskan kebutuhan seperti pariwisata. Karena itu butuh kemauan yang baik dan kerjasama yang baik antara yang satu dengan yang lain.
Uskup Labuan Bajo Maksimus Regus saat merespon pertanyaan umat Stasi Gerak menjelaskan bahwa kita sudah berdialog dari hati ke hati. Banyak curhat yang disampaikan. Tentu selalu berharap bahwa Gereja keuskupan Labuan Bajo terus bertumbuh dan berkembang.
Hal itu juga nampak dalam pertumbuhan dan perkembangan stasi, paroki, komunitas-komunitas. Kehadiran biara atau kongregasi menunjukkan bahwa ada prospek atau masa depan di keuskupan sangat baik.
Kita berharap Gereja itu bertumbuh dan Gereja itu berkembang. Gereja itu bisa menghasilkan buah-buah keselamatan dan semakin banyak dinikmati oleh kita semua. Pembentukan Stasi Gerak menjadi paroki sudah dalam proses selama ini melalui keuskupan Ruteng.
Saya hanya melanjutkan apa yang menjadi komitmen kevikepan dulu dan menghormati proses yang ada kata Mgr Maksi.
“Kami dari keuskupan memang punya rencana yang besar dalam pengembangan keuskupan baru terutama di wilayah pesisir pantai. Dalam bayangan kami dari Labuan Bajo ke arah wilayah Golo Mori akan dibentuk satu paroki termasuk wilayah stasi Gerak ini sampai di Bari. Kita akan bentengi pinggiran pantai ini dengan paroki-paroki. Itu rencana keuskupan untuk memperkuat bagian pesisir kata Mgr Maksi.
Mgr Maksi menegaskan bahwa Ini adalah rencana besar keuskupan Labuan Bajo untuk memperkuat bagian pesisir. “Kita punya tanggung jawab besar untuk menjalankan misi keuskupan ini, kita berharap wilayah pantai menjadi perhatian kita, perhatian pewartaan, dan perhatian pelayanan, sehingga kita benar-benar menjadikan Manggarai Barat ini sebuah Gereja lokal yang berjalan bersama dan bertumbuh bersama,” katanya.
(Vinsensius Patno)