Uskup Labuan Bajo Merayakan Natal Perdana di Paroki Maria Bunda Segala Bangsa Wae Sambi

  • Bagikan

Lensaberita.online – Uskup Labuan Bajo Mgr. Maksimus Regus merayakan misa natal perdana di Gereja paroki Maria Bunda Segala Bangsa Wae Sambi Labuan Bajo Selasa (24/12/2024).

Dalam perayaan misa natal ini Mgr Maksimus Regus didampingi oleh Pastor Paroki Maria Bunda Segala Bangsa Wae Sambi romo Risno Maden.

Dalam khotbahnya Mgr, Maksimus Regus menyampaikan bahwa malam ini, mari kita berbicara tentang Natal sebagai perjalanan mencari cinta sejati.

Natal adalah perjalanan, dan perjalanan itu memiliki tiga makna penting pertama perjalanan melintasi kegelapan menuju terang

Perjalanan adalah inti dari sejarah keselamatan umat manusia. Nabi Yesaya menulis, “Bangsa yang berjalan dalam kegelapan telah melihat terang besar”. Kalimat ini menggambarkan perjalanan panjang bangsa Israel yang tetap bergerak meski dilingkupi kegelapan. Karena bagi mereka, berhenti berarti kematian, sementara mereka tahu bahwa kegelapan hanyalah keadaan sementara. Mereka menggenggam keyakinan bahwa di ujung jalan ada terang besar yang menanti.

Seandainya bangsa Israel tidak berani menempuh perjalanan selama 40 tahun di padang gurun, maka mereka tidak akan pernah mengalami pembebasan. Dalam kehidupan kita, ada banyak simbol kegelapan: masalah keluarga, tekanan pekerjaan, tantangan dalam pelayanan, ketidakpastian dunia, dan rasa takut akan masa depan. Namun, kegelapan ini tidak boleh menghentikan kita. Kita harus terus berjalan mencari terang yang Tuhan sediakan.

Paus Yohanes Paulus II mengingatkan, “Jangan takut. Bukalah pintu lebar-lebar bagi Kristus. Dalam Dua, dunia menemukan terang yang mengusir segala kegelapan.” Cinta Kristus adalah terang yang mengusir setiap bayang kegelapan. St. Agustinus juga menulis, “Engkau telah menciptakan kami untuk diri-Mu, ya Tuhan, dan hati kami gelisah sampai beristirahat dalam Engkau.” Dalam pencarian kita, hati hanya menemukan ketenangan dalam terang Kristus.

Kedua adalah kisah perjalanan dalam Injil Lukas. Perjalanan menjadi tema utama dalam kisah Natal versi Lukas (Lukas 2:1-14). Semua tokoh dalam kisah ini bergerak. Kaisar Agustus mengeluarkan dekrit yang memaksa semua orang untuk mendaftarkan diri di kota asal mereka. Yusuf dan Maria harus melakukan perjalanan panjang dari Nazaret ke Betlehem yakni pertama perjalanan itu tidaklah mudah, penuh tantangan, termasuk mencari tempat untuk menginap. Namun, perjalanan itu mendekatkan Sang Penyelamat kepada dunia.Para malaikat memberi kabar sukacita.

Kedua kepada para gembala. Ketiga mereka pun meninggalkan ladang mereka untuk menyembah Bayi Yesus di palungan. Bahkan bala tentara surga memuji Allah atas peristiwa besar itu dan keempat adalah mereka semua bergerak menuju satu titik: tempat Sang Penyelamat berada.

Namun, perjalanan terbesar dilakukan oleh Yesus sendiri. DIA, Sang Juru Selamat, berjalan dari surga ke dunia untuk mencari cinta sejati, yaitu kita manusia. Perjalanan ini dirancang sejak ribuan tahun lalu oleh para nabi dalam Perjanjian Lama. Dan, perjalanan itu tidak mudah—jalan salib-Nya dimulai dari palungan di Betlehem hingga Golgota. DIA melangkah dengan satu tujuan: menyelamatkan manusia dan menunjukkan cinta sejati yang melampaui segala pengorbanan.

Paus Fransiskus berkata, “Dalam kesederhanaan palungan, kerendahan hati Betlehem, Allah menunjukkan kepada kita jalan cinta: bukan dengan kekuasaan tetapi dengan kelembutan, bukan dengan kekayaan tetapi dengan kesederhanaan.” Tak ada makna iman tanpa dua nilai ini meskipun kita dipermandikan berulang kali. Perjalanan Yusuf dan Maria mencerminkan kesederhanaan cinta Allah yang luar biasa. St. Teresa dari Kalkuta juga mengingatkan, “Cinta dimulai di rumah, dan bukan seberapa banyak yang kita lakukan, tetapi seberapa banyak cinta yang kita letakkan dalam tindakan itu.” Perjalanan mereka dipenuhi cinta sejati yang diwujudkan dalam tindakan sederhana tetapi penuh makna.

Ketiga adalah natal sebagai ajakan untuk berjalan menuju terang. Kristus telah memulai perjalanan cinta. Dia telah menempuhnya meskipun menghadapi penolakan manusia dan kegelapan dosa. Namun, situasi ini tidak pernah menghentikan perjalanan cinta Tuhan. Natal mengundang kita untuk merenungkan perjalanan hidup kita sendiri. Surat kepada Titus mengingatkan bahwa keselamatan adalah kasih karunia, tetapi tetap membutuhkan usaha manusia. Para gembala memberi contoh nyata. Mereka berani meninggalkan ladang mereka untuk berjalan menuju palungan Yesus.

Perjalanan ini bisa bermakna banyak hal bagi kita. Kita juga dipanggil untuk meninggalkan egoisme, ketakutan, dan keterikatan yang menghalangi perjalanan menuju terang keselamatan. Mungkin itu adalah perjalanan untuk memperbaiki hubungan dalam keluarga, menjalankan tanggung jawab pekerjaan dengan setia, memperdalam pelayanan kita, atau mendekatkan diri pada Tuhan dalam doa. Dalam setiap langkah, kita menemukan cinta sejati yang memulihkan hati dan mengarahkan kita kepada terang Kristus.

Natal adalah perjalanan cinta sejati cinta Kristus yang tak pernah berhenti mencari kita. Cinta ini tidak hanya ditemukan dalam palungan di Betlehem tetapi juga dalam setiap langkah kehidupan kita. Dalam keluarga, pekerjaan, dan pelayanan kita, kita diajak untuk terus berjalan, mencari terang yang Tuhan sediakan. Seperti perjalanan bangsa Israel, Yusuf dan Maria, para gembala, dan Yesus sendiri, perjalanan kita adalah panggilan untuk menemukan terang.

Natal mengajarkan bahwa meskipun gelap, terang Allah selalu hadir di ujung jalan bagi mereka yang tidak menyerah untuk mencarinya. Sebagaimana diungkapkan oleh St. Yohanes dari Salib, “Di mana tidak ada cinta, tanamkanlah cinta, dan engkau akan menuai cinta.” Natal mengundang kita untuk menjadi pelaku cinta sejati dalam setiap langkah kita menuju terang Kristus.

Yos Min Palem salah seorang pengurus Dewan Pastoral Paroki Maria Bunda Segala Bangsa Wae Sambi mengungkapkan bahwa kehadiran Yang Mulia Bapa Uskup Mgr. Maksimus Regus memberikan kekuatan baru bagi umat di Paroki Wae Sambi.

“Bahagia dengan kehadiran Uskup Labuan Bajo di paroki MBSB Wae Sambi. Semoga Pastoral kehadiran yang selalu disampaikannya menjadi inspirasi bagi kita terutama kehadiran di antara kaum yg terpinggirkan, seperti yang dicontohkannya selama ini, mengunjungi kaum difabel di beberapa tempat kata Yos Min Palem

Pastor paroki Maria Bunda Segala Bangsa Wae Sambi Romo Risno Maden menyampaikan bahwa “Kunjungan yang sangat berahmat bagi umat Paroki Wae Sambi, karena natal pertama Bapak Uskup sebagai Uskup Labuan Bajo dapat dirayakan bersama umat di Gereja Paroki Wae Sambi”.

Semoga kunjungan Bapa Uskup membuat kami di Paroki Wae Sambi tetap kompak dalam semangat sinodal yakni berjalan bersama dalam aneka pelayanan pastoral di Paroki Wae Sambi, seperti yang disinggung juga oleh Bapa Uskup dalam homili dan kata sambutannya kata Romo Risno.

(Vinsensius Patno)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *