Santri Ponpes di Kalianda Tewas Usai Ikut Pencak Silat, Saksi Ahli Diperiksa Polisi

  • Bagikan

Lampung Selatan, Lensaberita.online,-

Polisi mengambil langkah cepat untuk mengungkap peristiwa kematian MF (17), seorang santri Pondok Pesantren di Kalianda, yang meninggal dunia setelah mengikuti kegiatan pencak silat. Pemeriksaan terhadap para saksi dilakukan setelah pihak kepolisian menerima laporan dari ayah korban.

Kapolres Lampung Selatan, AKBP Yusriandi Yusrin, dalam sebuah konferensi pers menyampaikan bahwa pemeriksaan terhadap para saksi ini dilakukan untuk menggali fakta-fakta terkait peristiwa meninggalnya korban MF (17). senin,04/03/2024 sekira pukul 16.00 Wib di ruang rapat Polres Lamsel.

“Penyidik telah melakukan pemeriksaan terhadap 11 orang, mulai dari para santri, termasuk pelatih yang juga merupakan santri di pondok,” jelasnya.

Dari hasil pendalaman yang dilakukan, diketahui bahwa korban MF (17) adalah salah satu santri pondok yang tergabung dalam perkumpulan pencak silat. Peristiwa ini terjadi pada malam kenaikan tingkat/sabuk, dari sabuk hijau ke sabuk putih, bersama enam santri lainnya di tanah lapang sebelah barat Ponpes.

“Perkara ini telah ditingkatkan penanganannya dari penyelidikan ke penyidikan. Saat ini, belum ada tersangka yang ditetapkan, masih terus mendalami pemeriksaan ahli pidana, ahli pencak silat, dan menunggu hasil pemeriksaan otopsi dari dokter forensik,” tambahnya.

Pihak kepolisian juga berencana melaksanakan rekonstruksi terkait peristiwa yang terjadi untuk lebih memahami kronologi kejadian. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan dapat ditemukan jawaban yang akurat terkait penyebab meninggalnya santri tersebut.

Korban MF (17) merupakan seorang pelajar warga Kel. Way Urang Kec. Kalianda Santri Ponpes di kalianda telah mengikuti kegiatan pencak silat selama 4 tahun sejak di Mts.

Minggu, 3 Maret 2024 sekira pukul 01.30 Wib Ayah korban dihubungi oleh seroang santri untuk datang ke rumah sakit Bob Bazar Kalianda, setelah tiba mendapati putranya MF sudah meninggal dunia.

Kapolres AKBP Yusriandi Yusrin menghimbau bahwa kasus ini menjadi alarm peringatan keras untuk semuanya “ini menjadi warning untuk kita semua, bahwa kekerasan dalam bentuk apapun tidak dibenarkan” tegasnya.

(Sadi/Hms)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *