Banyuwangi,Lensaberita.online-Dibalik kemajuan PT. Pasukan Jembuk – Jembuk, ternyata hingga kini menyisahkan kisah yang kelam. Ada para Elit birokrasi dan elit politik yang tersandera. Usut punya usut para elit ini sering melakukan transaksional ketika muncul para ” pendekar ” yang bersiap menyerbu secara lisan, tertulis maupun tersirat.
Tidak sedikit yang menyuarakan jangan korupsi, jangan menyalah gunakan uang rakyat, jangan ini dan jangan itu. Namun dibalik kata ” jangan ” tersebut terselip maksut dan tujuan ” ayo berbagi, jangan dimakan sendiri “. Tidak sedikit para pucuk pimpinan di PT. Pasukam Jembuk – Jembuk ini mengikrarkan diri untuk bersedia melakukan transaksional demi kondusifitas perusahaan.
Usut punya usut, di PT. Pasukan Jembuk – Jembuk ini tidak lah sulit dalam mencari pundi – pundi rupiah maupun pembagian ” kue ” asal memiliki banyak massa dan pandai untuk menggoyang pucuk – pucuk pejabat tinggi PT. Pasukan Jembuk – Jembuk. Dengan modal itu maka bisa dipastikan akan segera diberikan ” kue ” yang lebih dan dipastikan mendapat tempat yang istimewah dihadapan petinggi – petinggi di elit birokrasi dan elit politik.
Dibalik tenang dan solidnya elit birokrasi dan elit politisi di perusahaan PT. Pasukan Jembuk – Jembuk, ternyata ada sebuah intrik yang menyelimutinya. Solid yang berbalut intrik antara elit birokrasi dan elit politik di PT. Pasukan Jembuk – Jembuk ini merupakan wujud ketidak harmonisan antara satu dengan yang lain karena ada kesenjangan atau berebut posisi dan peran dihadapan Anas Juragan Angkot dan pembagian jumlah ” kue ” yang nikmat rasanya itu.
Sepertinya yang kini ramai di negeri dongeng versi PT. Pasukan Jembuk – Jembuk yaitu Accipere quid ut justitiam focias non est team accipere quam exiorquere. Bukankah Cum adsunt testimonia rerum, quid opus est verbist?. Perlu diingat bersama Dormiunt aliquando leges, nunquam moriuntur dan Equality before the law. Rambu – rambu dan aturan hukum itu sudah jelas, tidak kabur dan juga tidak buram.
Pesan dari penulis, tidak semua persoalan diselesaikan dengan transaksional. Mungkin dengan cara merubah kebiasaan yang kurang tepat dan membangun sistem yang teritegrasi dan berintegritas. Selain hal tersebut, sebagai manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan kurangi teriak ” maling ” selama diri kita masih berharap dan ingin juga menjadi ” maling “.
Cerita ini hanya fiksi dan untuk hiburan semata. Jika ada salah kata dalam tulisan, dan kesamaan peristiwa mohon dimaafkan
Veri Kurniawan S.ST., S.H ( Penulis Fiksi PT. Pasukan Jembuk – Jembuk Milik Anas Juragan Angkot / FOSKAPDA).