Banyuwangi,Lensaberita.online-Berbicara tentang negeri dongeng dan PT. Pasukan Jembuk – Jembuk, tidak sedikit pejabat di dalamnya yang sering tidak konsisten terhadap apa yang mereka ucap. Tindak tanduk pejabat layaknya menjadi percontohan bagi masyarakat luas dan seharusnya pejabat konsisten dengan apa yang ia ucapakan bahkan di negeri dongeng ini ada pejabat yang menampakan ” burung pipit ” dengan setengah sangkarnya.
Pejabat yang tidak konsisten layak mendapat Hak Kekayaan Intelektual. Hak Kekayaan Intelektual adalah padanan dari Intellectual Property Rights diartikan sebagai pelindungan terhadap karya-karya yang timbul karena adanya kemampuan intelektualitas manusia dalam bidang seni, sastra, ilmu pengetahuan, estetika, dan teknologi. ( sumber : https://jambi.kemenkumham.go.id/layanan-publik/pelayanan-hukum-umum/panduan-kekayaan-intelektual#:~:text=Hak%20Kekayaan%20Intelektual%20adalah%20padanan,pengetahuan%2C%20estetika%2C%20dan%20teknologi ).
Sekelumit kisah menarik tentang pejabat negeri dongeng yang tidak konsisten. Suatu ketika mereka membutuhkan kita dalam mencari informasi dan untuk membangun komunikasi. Saat itu juga mereka mengagungkan dan memprioritaskan apa yang kita harapkan. Namun saat tujuan mereka sudah tercapai dan pertimbangan buat dirinya aman, maka tidak sedikitpun komunikasi kita direspon dengan pejabat yang tidak konsisten tersebut .
Bisa dikata ide yang unik, jika ada pejabat yang dengan sadar diri mendaftarkan dirinya pribadi sebagai pejabat yang tidak konsisten. Harusnya hal ini lebih mereka pilih daripada harus bersentuhan dengan urusan hukum lagi. Ingat pak pejabat yang tidak konsisten, sekuat apapun jejaring yang anda miliki, namun hal itu bukan sebuah jaminan anda selamat dari lingkaran ” hitam ” yang pernah dan terus anda jalankan.
Pejabat di negeri dongeng ini lebih nyaman, lebih terbuka dan lebih konsisten dengan para pendekar ” aliran hitam ” yang memiliki pasukan besar dan kelemahan masing – masing punggawa atau pejabat negeri dongeng. Mereka tidak mengutamakan marwah persaudaraan. Lebih baik kehilangan ratusan bahkan miliaran rupiah untuk menjaga marwah dan nama baik dan reputasinya.
Patut ditiru atau tidak itu semua kembali kepada diri kita masing – masing. Meniru pejabat yang sering tidak konsisten dengan ucapan masing – masing atau mencontoh cara – cara pendekar ” aliran hitam” atau meniru pejabat yang pernah mengumbar ” Burung Pipit ” keluar setengah sangkar.
Manusia dengan niat baik, dan kekeluargaan tidak akan mendapatkan tempat di sisi pejabat yang tidak konsisten. Macam – macam watak dan gaya pejabat negeri dongeng, hal itu menguatkan bagi para pemuda untuk belajar lebih dalam tentang apa yang terjadi di lingkaran negeri dongeng yang hingga kini masih di komandoi oleh pemimpin PT. Pasukan Jembuk – Jembuk yaitu pak Anas Juragan Angkot.
Mohon maaf jika ada kesamaan alur cerita, kata, nama. Ini hanya cerita fiksi dan sebagai hiburan semata. Pesan moral dari cerita fiksi ini adalah, semoga tidak banyak pejabat yang tak konsisten.
Veri Kurniawan S.ST ( FOSKAPDA)